Jumat, 13 Mei 2011

AKUNTANSI BIAYA

Definisi

Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya menurut beberapa pakar
  • Menurut Schaum
Akuntansi biaya adalah suatu prosedur untuk mencatat dan melaporkan hasil pengukuran dari biaya pembuatan barang atau jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya: Melakukan akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan pendapatan.
  • Menurut Carter dan Usry
Akuntansi biaya adalah penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikkan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.

Objek biaya

Objek biaya (cost object) atau tujuan biaya (cost objective)[1] adalah sebagai suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur. Berikut adalah aktivitas atau item-item yang dapat menjadi objek biaya:
  • Produk, Proses
  • Batch dari unit-unit sejenis , Departemen
  • Pesanan pelanggan, Divisi
  • Kontrak, Proyek
  • Lini produk, Tujuan strategis

Pendekatan akuntansi biaya

Ada tiga pendekatan yang biasa dilakukan untuk akuntansi biaya, yaitu biaya standar (standard costing), biaya berdasarkan kegiatan (activity-based costing), dan biaya berdasarkan hasil (throughput accounting).

Revolusi dalam akuntansi biaya

Akuntansi biaya telah mengalami perubahan yang dramatis, dimana perkembangan sistem komputer hampir menghapuskan pembukuan secara manual. Akuntansi biaya kini telah menjadi kebutuhan nyata dalam semua organisasi termasuk bank, organisasi profesional, serta lembaga pemerintah. Dewasa ini telah banyak perusahaan yang memasang metode pabrikasi produk, perdagangan produk, atau pemberian jasa dengan bantuan komputer. Adanya teknologi ini telah sangat memberikan dampak terhadap akuntansi biaya. [2]

Pengajaran dalam akuntansi biaya

Banyak bahan pelajaran yang diajarkan dalam akuntansi biaya, dimana kesemuanya selalu berkaitan dengan biaya-biaya yang mungkin timbul dalam proses produksi. Pembelajaran yang dilakukan dalam akuntansi biaya antara lain mengenai penentuan harga pokok produk: bersama dan sampingan, harga pokok proses, pembiayaan: biaya variabel dan biaya tetap, biaya overhead pabrik, departementalasi biaya overhead, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja: langsung dan tidak langsung, pengendalian biaya, serta analisis biaya pemasaran.

Manfaat akuntansi biaya

Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat bagi manajemen untuk memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Manfaat biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaannya, yaitu untuk perencanaan dan pengendalian laba; penentuan harga pokok produk dan jasa; serta bagi pengambilan keputusan oleh manajemen.[3]

[sunting] Keterbatasan dalam sistem akuntansi biaya

Dalam akuntansi biaya juga terdapat beberapa kekurangan yang menyertainya, terutama dalam sistem akuntansi biaya yang telah ketinggalan zaman. Gejala-gejala dari sistem biaya yang ketinggalan zaman diantaranya ialah hasil dari penawaran sulit dijelaskan, harga pesaing nampak lebih rendah sehingga kelihatan tidak masuk akal, produk-produk yang sulit diproduksi menunjukkan laba yang tinggi, manajer operasional berkeinginan menghentikan produk-produk yang kelihatan menguntungkan, marjin laba sulit dijelaskan, pelanggan tidak mengeluh atas biaya naiknya harga, departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu hanya untuk memberi data biaya bagi proyek khusus, dan biaya produk berubah karena adanya perubahan peraturan pelaporan

Kamis, 12 Mei 2011

Definisi/Pengertian Manajemen Keuangan, Tugas Pokok Dan Tujuan Manajer Keuangan Perusahaan

A. Pengertian Manajemen Keuangan


Manajemen Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
Penjelasan Singkat Masing-Masing Fungsi Manajemen Keuangan :
1. Perencanaan Keuangan
Membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
2. Penganggaran Keuangan
Tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.
3. Pengelolaan Keuangan
Menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
4. Pencarian Keuangan
Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan.
5. Penyimpanan Keuangan
Mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut dengan aman.
6. Pengendalian Keuangan
Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada paerusahaan.
7. Pemeriksaan Keuangan
Melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.

B. Tugas Pokok Manejemen Keuagan

Tugas-tugas dasar yang diemban oleh seorang menejer keuangan secara umum adalah :
1. Mendapatkan Dana Perusahaan
2. Menggunakan Dana Perusahaan
3. Membagi Keuntugan / Laba Perusahaan

C. Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan dengan adanya manajer keuangan untuk mengeloka dana perusahaan pada suatu perusahaan secara umum adalah untuk memaksimalisasi nilai perusahaan. Dengan demikian apabila suatu saat perusahaan dijual maka harganya dapat ditetapkan setinggi mungkin.

Rabu, 11 Mei 2011

Uang, Inflasi, dan Kebijakan Pemerintah Di Bidang KEUANGAN

UANG, INFLASI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG KEUANGAN

A. UANG
Uang memiliki peranan penting dalam menetukan kegiatan ekonomi masyarakat suatu negara. Sudah sejak lama para ahli ekonomi sepakat bahwa uang bisa berakibat baik bagi perekonomian, tetapi uang kadang-kadang juga bisa berakibat buruk bagi perekonomian, dan para ahli ekonom juga sepakat bahwa uang yang tersedia dalam perekonomian sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kesetabilan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara .
Uang adalah benda yang disetujui oleh masyarakat umum sebagai alat pelantara tukar menukar dalam perdagangan.
Fungsi uang dalam perekonomian yaitu ;
1. sebagai alat pertukaran
2. sebagai pengukur nilai
3. sebagai perhitungan dan akuntansi
4. sebagai penyimpan nilai
5. sebagai instrumen term of payment
Motif orang mennyimpan uang adalah;
1. motif transaksi
2. motif berjaga-jaga
3. motif spekulasi
Penggunaan uang memungkinkan roda perekonomian berjalan lancar. Hal ini terjadi karena perekonomian menghasilkan produk lebih banyak dan mengurangi waktu yang digunakan oleh para penjual dan pembeli dalam mengatur perekonomian dan transaksi.
Para ekonomi klasik pada masa lalu berpendapatbahwa uang terbuat dari logam, emas, perak dan uang juga dapat pula berupa lembaran – lembaran kertas yang merupakan ;
1. Pernyataan atau perjanjian kesediaan membayar sejumlah emas atau perak atas permintan pada waktu yang ditentukan.
2. Surat sertefikat yang menyatakan uang logam disimpan di bank dan dapat diambil dengan menunjukan sertefikat.
3. Surat sertefikat gudang berarti pemegang surat memiliki barang yang ada di gudang bernilai jumlah uang tertentu.

1
Teori Irving Fisher dilatar belakangi oleh pandangan para ekonom sebelumnya bahwa semakin banyak jumlah uang yang beredar, harga semakin tinggi harga akan semakin rendah jika jumlah uang semakin sedikit, ketidakmampuan orang-orang mangatasi inflasi disebabkan oleh belum dapat menerjemahkan uang itu sendiri.

Irving Fisher menerjemahkan uang sebagai segala sesuatu yang digunakan sebagai alat transaksi seperti uang logam ( emas dan perak ) dan semua jenis kertas yang dapat digunakan dalam transaksi . Transaksi yang dimaksud adalah pertukaran barang / jasa dan arus uang, jadi jika arus uang dan barang sesuai harga akan stabil dengan asumsi jumlah uang yang beredar tetap.
Kesimpulan dari Irving Fisher dan Alfred Marshall bahwa semakin sedikit kebiasaan masyarakat memegang uang, akan semakin cepat laju perederan uang dan sebaliknya kesimpulan tersebut sesuai dengan kenayataan saat ini bahwa peredaran uang sngat cepat karena masyarakat saat ini sangat jarang untuk uang yang lama. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang sangat cepat membelanjakan uangnya dengan barang atau jasa. Dengan demikian percepatan tersebut akan semakin meningkatkan produksi barang atau jasa dalam perekonomian yang sesuai dengan jumlah uang yang beredar, kecepatan peredaran uang juga didukung oleh masyarakat yang banyak menyimpan uang di Bank dan mengganti uang untuk transaksi dengan cara mengambil uang secukupnya di ATM atau cukup menunjukan kartu ATM, Kartu Kredit, dan alat transaksi produk perbankan lainnya.
Pada umumnya, dinegara berkembang yang mengalami defisit neraca pembayaran, pemerintah akan mengambil kebijakan menambah uang beredar dengan mencetak uang untuk membiayai operasional pemerintahan dan proyek – proyek pemerintah. Pengambilan kebijakan seperti itu dimungkinkan karena uang yang beredar saat ini tidak terlalu di back up dengan jalan emas ( tetapi seharusnya di back up dengan sejumlah devisa yang diterima oleh negara tersebut akibat surplus neraca pembayaran ).

B. INFLASI
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara terus menerus akibat dari tidak ada keseimbangan arus barang dan arus uang.
Suatu negara yang mengalami inflasi memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1. harga – harga barang pada umumnya dalam keadaan naik terus menerus
2. jalan uang yang beredar melebihi kebutuhan
2
3. jalan barang relatif sedikit
4. nilai uang ( daya beli uang ) turun
pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral dinegara manapun.
Hal ini disebabkan inflasi dianggap sebagai suatu yang tidak diinginkan dan inflasi memberi pengaruh yang tidak baik terhadap distribusi pendapatan (masyarakat berpendapat rendah akan menderita), kegiatan pinjam meminjam (pemberi pinjaman beruntung, peminjam merugi), spekulasi dan persaingan dalam perdagangan internasional.
Negara berkembang yang mengalami defisit nerca perdagangan dan menganut APBN defisit, biasanya melakukan penambahan dengan mencetak uang untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dengan pencetakan uang uang akan berdampak inflasi apabila pencetakan uang akan berdampak inflasi apabila penctakan uang tanpa diimbangi kenaikan pendapatan nasional ( GNP). Kenaikan harga ( inflasi ) itu tidak terjadi secara mendadak / langsung dirasakan pada tahun pencetakan tahun tersebut, tetapi akan terasa setelah beberapa tahun ( di Indonesia dampak inflasi dirasakan setelah 2 – 3 tahun ) dari tahun saat terjadi penambahan uang dengan pencetakan uang baru fenomena ini sesuai dengan teori kuantitas Irving Fisher. Jadi dapat dikatakan bahwa teori kuantitas uang ini merupakan fondasi dari teori – teori ekonomi ( moneter ) saat ini.
Fenomena inflasi di Indonesia yang sesuai dengan pandangan koynes adalah inflasi yang terjadi akibat kenaikan gaji pegawai negeri. Jika Pemerintah Indonesia mengumumkan gaji pegawai negeri, pemerintah menambah pengeluaran rutinnya. Kenaikan gaji tersebut biasanya akan diikuti kenaikan harga – harga bahan pokok seperti beras, dan minyak goreng. Kenaikan harga barang – barang lain menyebabkan pengusaha swasta menaikan investasi karena ada keuntungan akibat harga tersebut. Kenaikan harga bahan pokok yang diikuti kenaikan harga barang – barang lainnya menyebabkan tuntutan karyawan dan buruh untuk menaikan upahnya menyesuaikan kenaikan harga bahan pokok dan barang – barang lainnya. Namun kenyataannya, tuntutan karyawan dan buruh seperti ini jarang sekali dapat direkomendasi / dipenuhi karena posisi tawar yang rendah.
Parah tidaknya inflasi sebenarnya bersifat relatif, karena ukuran berat / ringan itu bergantung pada kekuatan masyarakat atau negara yang mengalami inflasi. Pengaruh positif inflasi terjadi apabila inflasi masih dibawah persentase tingkat bunga kredit yang berlaku bagi negara maju, inflasi seperti ini akan mendorong kegiatan ekonomi dan pembangunan. Hal ini terjadi karena entrepeneur dinegara maju dapat memanfaatkan kenaikan harga untuk
3
berinvestasi, memproduksi, dan menjual barang / jasa.
Inflasi dan deflasi hanya terjadi apabila
1. kapasitas produksi tinggi
2. pengguanaan faktor – faktor produksi sudah maksimal
3. tingkat pengangguran rendah ( nol ) / full employ ment.

C. KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah ( Bank Sentral ) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Sejak tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk mencapai stabilitaas ekonomi jangka pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan dalam pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini kebijakan moneter merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian ekonomi jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan kebijakan uang ketat dan kebijakan uang longgar.
1. Tight Money Policy, yaotu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara :
a. Menaikan suku bunga
b. Menjual surat berharga
c. Menaikan cadangan kas
d. Membatasi pemberian kredit
2. Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menambah jumlah uang yang beredar dengan cara :
a. Menurunkan tungkat suku bunga
b. Membeli surat-surat berharga
c. Menurunkan cadangan Kas
d. Memberikan kredit longgar.
Jadi cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi adalah melalui kebijakan uang kertas, kebijakan fiscal, kebijakan produksi, kebijakan perdagangan internasional dan kebijakan harga.
Macam-macam kebijakan moneter yaitu politik diskonto, politik pasar terbuka, kebijakan Cadangan Kas, kebijakan Sanering dan kebijakan Devaluasi Tertra Revolusi.
4

Referensi
• Adiwarman Karim, EKONOMI ISLAM suatu kegiatan EKONOMI MAKRO. Kanin Bisnis Consultan, Jakarta; 2002.
• M. Suparmoko, PENGANTAR EKONOMI MAKRO, BPFE, Yogyakarta; 1994

Contoh makalah ekonomi makro di indonesia


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Adapun judul yang dibahas dalam makalah berikut ini yaitu mengenai Kebijakan Makro Ekonomi di Indonesia.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen dan pihak  yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang perkembangan kebijakan-kebijakan ekonomi makro di negara kita dan masalah ekonomi yang sering terjadi. Untuk kesempurnaan dari makalah ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dalam menyusun makalah berikutnya dapat lebih baik lagi. Akhirnya dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua, terima kasih.



                                                                                             Pekanbaru, Mei  2011

                                                                                                            
                                                                                                            Penulis














DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................       i
DAFTAR ISI.............................................................................................................       ii
BAB I          PENDAHULUAN
                     1.1. LatarBelakang................................................................................       1
                     1.2. Permasalahan.................................................................................       1
                     1.3. Tujuan Penulisan............................................................................       1

BAB II         PEMBAHASAN
                     2.1. Kondisi Makro Ekonomi Indonesia...............................................       3
                     2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Makro Ekonomi....................       4
                     2.3. Kebijakan & Masalah Makro Ekonomi Di Indonesia....................       5

BAB III       PENUTUP
                     3.1. Kesimpulan....................................................................................       8
                     3.2. Saran..............................................................................................       8

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................    8



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Ekonomi makro atau makroekonomi adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.
Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional. Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga.
Masalah-masalah makro ekonomi terjadi di setiap negara, baik Negara maju dan juga negara berkembang. Oleh karena itu, Pemerintah menciptakan  kebijakan-kebijakan makro ekonomi agar pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik. Makalah ini akan membahas mengenai kebijakan-kebijakan makro ekomoni yang ada di Indonesia dan masalah ekonomi yang terjadi.

1.2.Permasalahan
Indonesia adalah Negara berkembang yang masih memiliki masalah khususnya masalah ekonomi, baik ekonomi mikro ataupun ekonomi makro. Dalam makalah ini akan membahasan mengenai kondisi makro ekonomi dan bagaimana kebijakan-kebijan ekonomi makro di Indonesia, apakah sudah berjalan dengan baik?.



1.3.Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kondisi makro ekonomi di Indonesia, membahas mengenai kebijakan makro ekonomi yang ada  masalah makro ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia.




























BAB II
PEMBAHASAN


2.1.Kondisi Ekonomi Makro Indonesia
Fundamental ekonomi makro Indonesia saat ini jauh lebih kuat untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada 1997. Jika dilihat dari sisi arus investasi portofolio, keadaan Indonesia saat ini memang sama seperti yang terjadi pada 1997. Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) yang mencapai indeks 2000 merupakan angka tertinggi dalam sejarah Indonesia. Meski demikian, konstelasi perekonomian sekarang jauh lebih bagus dari 2007. Hal itu ditandai dengan kuatnya cadangan devisa saat ini yang mencapai 49 miliar dolar AS, sedangkan pada 1997 cadangan devisa diserbu para spekulan. Indikasi kuatnya perekonomian tersebut adalah nilai ekspor yang menguat, selain itu ditandai juga dengan penguatan nilai rupiah.
Namun, tidak ada buruknya jika dilakukan langkah pencegahan terhadap munculnya krisis ekonomi Asia, sehingga negara-negara di ASEAN lebih siap menghadapinya. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan kerjasama ekonomi secara internasional untuk menggalang kekuatan ekonomi bersama. Kuatnya perekonomian juga ditandai dengan nilai investasi yang positif di mana modal yang masuk lebih besar dari pada modal yang ke luar. Kondisi tersebut berbeda jauh dibanding pada 2007 di mana investasi yang datang banyak yang hengkang. Karena itu, modal yang masuk saat ini harus dipertahankan agar tidak ke luar sehingga dapat memperkuat perekonomian disamping cadangan devisa yang besar harus dipertahankan.
Namun permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum bergeraknya sektor riil. Uang yang diperoleh dari penanaman modal, yang sebenarnya merupakan dana jangka pendek, banyak digunakan untuk investasi jangka panjang seperti investasi properti.



2.2.Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Ekonomi Makro di Indonesia
* Krisis Subprime mortgage dan Pelemahan US Dollar.
Krisis keuangan dunia yang sedang dihadapi saat ini salah satu penyebabnya bermula dari adanya krisis akibat default dari subprime mortgages di Amerika Serikat yang telah merugikan berbagai lembaga keuangan dunia. Akibat krisis itu Bank Sentral (Fed) Amerika terpaksa menurunkan suku bunga sampai 3% dan  menyuntikan dana segar dalam jumlah besar untuk memulihkan kepercayaan investor setelah pasar modal di Amerika Serikat anjlok.
* Kenaikan Harga Minyak
Kemelut ekonomi dunia saat ini selain dipicu oleh krisis keuangan di Amreika Serikat juga dipicu oleh kenaikan harga minyak yang mendorong kenaikan harga berbagai komoditi baik yang berhubungan langsung dengan minyak bumi maupun komoditi yang tidak berhubungan langsung tetapi terkena dampak kenaikan harga minyak. Walaupun harga BBM bersubsidi belum naik, namun kenaikan harga minyak dunia sudah dirasakan dampaknya. Harga BBM untuk industri yang mengikuti harga pasar terus naik, sehingga mendorong naiknya biaya produksi. Akibatnya harga berbagai barang sudah mulai merangkak naik.
* Kenaikan Harga Komoditi Primer
Dampak kenaikan harga berbagai komoditi primer di dunia saat ini memiliki dua sisi yang berbeda. Sebagai produsen berbagai komoditi primer baik barang tambang seperti Nikel, batubara, emas, timah, minyak dan gas, maupun komoditi agribisnis seperti Kelapa sawit, karet, dll, kenaikan harga komoditi menyebabkan nilai ekspor Indonesia meningkat. Namun kenaikan harga komoditi juga berdampak kepada kenaikan harga barang-barang dipasar dalam negeri, seperti naiknya harga minyak goreng, kacang kedelai, batubara, dll yang menyebabkan meningkatnya biaya yang harus ditanggung masyarakat. Akibatnya daya beli masyarakat menurun karena meningkatnya inflasi.
* Kenaikan harga bahan Makanan
Seakan reaksi berantai, kenaikan harga minyak mendorong naiknya biaya produksi dan produk substitusinya. Akibatnya harga bahan makanan juga naik. Hal ini didorong oleh kekhawatiran didunia bahan persediaan bahan makanan pokok seperti beras tidak mencukupi kebutuhan sehingga harganya naik.
* Proyeksi menurut Bank Dunia
Dengan melambatnya ekonomi dunia, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan terkena dampaknya. Hal ini disebabkan Indonesia masih bergantung kepada ekspor kenegara maju seperti Amerika Serikat yang sedang menuju resesi sehingga permintaan terhadap produk impor menurun.

2.3.Kebijakan dan Masalah Makro Ekonomi di Indonesia
Kondisi ekonomi makro Indonesia saat ini adalah baik. Namun dibalik kondisi itu tersimpan masalah yang kiranya perlu dipersoalkan. Masalah ini menyangkut pada kebijakan yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, selaku bank sentral. Kedua institusi ini telah gagal atau memang sengaja untuk tidak menjaga keseimbangan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) dengan maksud untuk mengejar target inflasi yang rendah. Atau dengan kata lain, berupaya agar nilai tukar rupiah menguat untuk menekan tingkat inflasi. Kebijakan ini berdampak pada tingkat pengangguran menjadi tinggi dan tidak bangkitnya sektor riil. Pengangguran yang tinggi dan tersendatnya sektor riil inilah yang merupakan masalah dari kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.
Kebijakan ekonomi makro seharusnya dapat menjaga keseimbangan pada perdagangan luar negeri. Kebijakan ekonomi makro seharusnya dapat menjaga kepentingan kegiatan ekspor dan impor. Dalam kebijakan yang berjalan, hal ini tidak dilakukan sehingga terjadi kepincangan antara kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan impor berjalan mulus dengan kuatnya nilai tukar rupiah. Namun kegiatan ekspor  terganggu karena daya saingnya di pasar ekspor menjadi menurun dan dorongan untuk memperkuat ekspor juga menjadi menurun, dampak dari menguatnya nilai tukar rupiah tersebut. Harga barang ekspor Indonesia saat ini relatif mahal sementara harga barang impor menjadi murah karena nilai tukar rupiah yang semakin kuat. Inilah kepincangan yang dimaksud. Kekuatan dari keduanya (ekspor dan impor) menjadi tidak seimbang dan ini tidak menyehatkan perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.
Kepincangan ini akan mempengaruhi (mengurangi) penerimaan cadangan devisa dan ini sangat berbahaya. Hal ini juga memungkinkan bertambahnya tenaga kerja yang menganggur jika nilai tukar rupiah semakin menguat, sejalan dengan semakin turunnya kegiatan ekspor. Bank Indonesia selalu mengumumkan bahwa jumlah cadangan devisa Indonesia terus bertambah sehingga mereka sangat optimis dengan kekuatan ekonomi makro yang sebenarnya rapuh. Mereka tidak menyatakan bahwa naiknya jumlah cadangan devisa bukan dari ekspor tapi sebagian besar dari masuknya modal luar negeri (capital inflow) yang sifatnya sementara, disaat imbal hasil yang diberikan perekonomian Indonesia relatif tinggi.
Tapi bagaimana jika keadaan ekonomi global membaik. Tentu capital inflow akan berubah menjadi capital outflow dan cadangan devisa akan turun dan nilai tukar rupiah akan terkoreksi sangat dalam. Jadi apa yang dikatakan bahwa cadangan devisa Indonesia cukup kuat sifatnya adalah sementara (kondisional), yang di dasarkan pada kondisi ekonomi global bukan atas dasar kekuatan inti ekonomi Indonesia. Kekuatan inti ekonomi Indonesia saat ini adalah kegiatan agraria dan ekspor (pertanian dan industri), bukan pada sektor keuangan seperti yang dibanggakan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.
Dengan demikian terjawablah sudah mengapa perekonomian makro yang semakin kuat tidak menyentuh dan mendorong sektor ekonomi riil. Dengan demikian terjawablah sudah mengapa ditengah ekonomi makro yang kuat, yang dinyatakan pemerintah, justru tingkat pengangguran semakin tinggi. Sehingga sebagian orang mengatakan bahwa ekonomi Indonesia saat ini  adalah ekonomi baying-bayang, cukup indah tapi tidak mempunyai kekuatan apapun bagi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kebijakan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia ini didasarkan pada keinginan mereka untuk memfokuskan peran mereka pada tingkat inflasi yang rendah dan ingin mendapatkan suku bunga yang rendah. Memang benar bahwa nilai tukar rupiah dan suku bunga merupakan faktor pendorong naiknya inflasi dan oleh sebab itu perlu dikawal.
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia menjadikan pencapaian tingkat inflasi yang rendah sebagai suatu prestasi. Mereka tidak melihat pada sektor yang lainnya seperti semakin tingginya jumlah tenaga kerja yang menganggur dan sebagainya. Itu berarti mereka lebih senang bermain di sektor keuangan dari pada di sektor riil. Mereka lebih senang bermain dalam hitungan angka angka yang tidak membumi pada perekonomian Indonesia daripada bagaimana mendorong perekonomian riil, meningkatkan produksi dan meningkatkan kesempatan kerja.
Berdasarkan pengamatan, Bank Indonesia sendiri selalu terlambat melakukan intervensi dikala nilai tukar rupiah  menguat. Tidak demikian yang dilakukan oleh Bank of Japan, bank sentral Jepang. Mereka sangat sensitif dengan menguatnya mata uang Yen karena akan mengganggu kinerja ekspor mereka. Kekuatan ekonomi Jepang ada pada ekspor barang barang industri. Jepang sangat kuat menjaga kestabilan nilai tukar mata uang Yen. Berbeda dengan Jepang, justru Bank Indonesia segera melakukan intervensi dikala nilai tukar rupiah melemah. Bank Indonesia sangat berkepentingan dengan penguatan nilai tukar rupiah dalam upaya mengejar target inflasi. Kebijakan Bank Indonesia tidak memihak pada pengembangan sektor riil, khususnya kegiatan ekspor.
Kita juga melihat bagaimana kebijakan Kementerian Perdagangan tidak diperhatikan dikala Kementerian Keuangan menetapkan sebuah kebijakan. Kebijakan ekonomi makro yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia betul-betul hanya bermain disektor keuangan dengan mengabaikan sektor riil. Dalam jangka panjang ini sangat berisiko. Diharapkan agar kebijakan ini dapat ditinjau kembali sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Kebijakan ekonomi makro adalah suatu kebijakan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Seharusnya, itulah yang perlu dilakukan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Ciptakanlah suatu kebijakan ekonomi makro yang bisa menaungi kepentingan sektor keuangan dan sektor riil secara bersama sama agar perekonomian Indonesia bisa bangkit.





BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro Indonesia saat ini jauh lebih kuat untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada 1997.
Kebijakan makro ekonomi ditujukan untuk memperbaiki dan menjaga kestabilan perekonomian Negara. Namun, kebijakan yang diambil pemerintah tidak hanya sekadar mengejar target inflasi yang rendah guna memperbaiki kondisi keuangan negara. Seharusnya tidak demikian karena kebijakan ekonomi makro menyangkut pada banyak hal seperti bagaimana mendorong sektor riil, bagaimana memperbesar kesempatan kerja, bagaimana menjaga kestabilan nilai tukar rupiah (bukan penguatan nilai tukar) dan bagaimana menjaga keseimbangan perdagangan luar negeri  (ekspor dan impor). Makro ekonomi mencakup pada kegiatan yang luas dan tidak hanya dengan memperhatikan satu elemen saja.

3.2.Saran
            Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-pihak yang terkait seharusnya menganalisis terlebih dahulu dampak jangka panjang yang akan terjadi di masyarakat. Kebijakan-kebijakan makro ekonomi yang baik seharusnya memperkuat perekonomian Negara secara keseluruhan.









DAFTAR PUSTAKA