Besarnya Pengaruh Harga Bahan Baku
Tulisan ini dipublikasikan pada Koran Investor Daily, 24 Mei 2010
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1972. Perusahaan memiliki ruang lingkup kegiatan usaha meliputi produksi dan perdagangan pakan ternak, peralatan peternakan dan pengolahan daging ayam serta penyertaan saham pada perusahaan lain. Saat ini, sebesar 55,45% kepemilikan saham perusahaan dimiliki oleh PT Central Agromina, sedangkan sisanya dimiliki oleh publik. Perusahaan masih merupakan bagian dari grup Charoen yang dikendalikan oleh keluarga Jiaravanon dari Thailand.
Dapat dikatakan bahwa perusahaan terutama bergerak dalam industri pakan ternak. Hal ini dapat terlihat dari 75% pendapatan perusahaan dikontribusi dari usaha pakan ternak, terutama pakan ternak unggas. Pakan ternak memiliki kontribusi hingga mencapai sekitar 70% dari total biaya produksi peternakan. Peternakan unggas menyerap sekitar 83% dari produksi pakan ternak, sedangkan sisanya diserap oleh peternakan babi, sapi perah, akuakultur, dan peternakan lainnya.
Industri pakan ternak adalah industri yang didominasi oleh perusahaan dengan modal asing. Beberapa perusahaan besar yang bermain dalam industri ini adalah Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin, dan Sentra Profeed. Diperkirakan kapasitas produksi pakan ternak saat ini sekitar 14-15 juta ton per tahun, namun daya serap industri peternakan terhadap pakan ternak diperkirakan hanya sekitar 8-9 juta ton per tahun.
Salah satu permasalah utama yang dihadapi oleh industri pakan ternak adalah kebutuhan bahan baku yang masih perlu diimpor terutama untuk bahan baku jangung, bungkil kedelai, tepung tulang & daging, serta tepung daging unggas. Kontribusi nilai bahan baku dapat mencapai 60% dari biaya produksi pakan ternak. Jagung sebagai bahan baku porsinya dalam pakan ternak dapat mencapai sekitar 50%. Selain itu, anacaman virus flu burung juga masih menghantui para peternak, sehingga dapat mengancam industri pakan ternak.
Bisnis dan Keuangan
Tiga sumber pendapat utama perusahaan adalah dari segmen bisnis pakan ternak, anak ayam usia sehari, dan ayam olahan. Masing-masing memberikan kontribusi pendapatan pada kisaran 75%, 15% dan 8%. Fasilitas produksi pakan ternak perusahaan tersebar di berbagai kota, yaitu: Medan, Lampung, Tangerang, Semarang, Sidoarjo dan Makasar. Sedangkan fasilitas produksi anak ayam usia sehari tersebar di berbagai pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Segmen bisnis ayam olahan perusahaan juga terus berkembang sejak dibangun pada tahun 2000, dan meningkat dari tahun ke tahun terutama sejak tahun 2006.
Pendapatan perusahaan bertumbuh secara konsisten setiap tahunnya. Rerata pertumbuhan per tahun (CAGR) perusahaan dalam periode 2003-2009 mencapai sekitar 20,58%. Pada tahun 2003 pendapatan perusahaan berada di nilai Rp 4,30 triliun, sedangkan pada 2009 telah menjelma menjadi Rp 14,56 triliun. Pertumbuhan pendapatan juga diikuti dengan pertumbuhan harga pokok produksi (COGS) dengan tingkat yang hampir sama.
Rerata COGS beberapa tahun terakhir berada di kisaran 85% terhadap penjualan, namun pada tahun 2009 perusahaan mampu mencatatkan hanya sebesar 80,29%. Penurunan COGS didorong oleh menurunnya bahan utama pakan ternak pada tahun 2009, terutama harga jagung. Tahun 2009, perusahaan diuntungkan selain harga bahan baku tetapi juga oleh penurunan nilai tukar dollar terhadap rupiah, dua faktor yang signifikan dalam memberikan pengaruh pada laba perusahaan.
Sejak tahun 2004 nilai rasio hutang terhadap aset (DAR) perusahaan berada di kisaran 73%-76%. Dengan hasil uang kas dari keuntungan operasional pada tahun 2009 yang cukup banyak, perusahaan menurunkan beban hutangnya, sehingga DAR perusahaan menjadi hanya sekitar 45%. Sementara itu, rasio laba terhadap ekuitas (ROE) perusahaan mencapai di kisaran 17%-20% sejak tahun 2006. Demikian pula rasio laba terhadap modal yang diinvestasikan (ROIC) juga meningkat sejak tahun 2006, dan berada di kisaran 5%-8% hingga tahun 2008. Pada tahun 2009, ROE perusahaan melonjak tajam hingga mencapai lebih dari 50%, demikian pula terjadi peningkatan pada ROIC perusahaan.
Kinerja Saham
Harga saham perusahaan memiliki nilai risiko pasar (beta) di bawah satu, saat ini beta perusahaan berada di kisaran 0,8-1,0. Rasio harga saham perusahaan dibandingkan dengan IHSG menunjukkan tren penurunan sejak bulan April 2003 dan meningkat kembali ketika memasuki bulan-bulan akhir tahun 2007. Harga tertinggi penutupan saham perusahaan dicapai pada penutupan bulan April 2010.
Peningkatan tajam harga saham perusahaan saham perusahaan mulai terjadi pada pertengahan tahun 2007 dan kemudian mengalami penurunan pada saat krisis 2008. Seiring dengan pulihnya pasar saham peningkatan saham perusahaan juga terjadi pada tahun 2009 dan diteruskan hingga kuartal pertama 2010. Namun, peningkatan kali ini cukup mengejutkan, dengan harga tertinggi 2010 dibandingkan harga tertinggi 2007/2008 mencapai sekitar 2,5 kali. Pada saat ini PER perusahaan berkisar antara 5-6 kali, masih cukup rendah dibanding historis yang pernah terjadi pada tahun 2008. Namun demikian, PBV perusahaan telah berada pada kisaran yang tinggi berdasarkan historis yang pernah ada, yaitu antara 2,8-3,4. Salam investasi!